Minggu, 29 Maret 2015

berbagai keindahan alam di dunia

kETIKA AKTIVIS LAGI GALAU '


            Malam ini aku ingin menuliskan beberapa lembar kata yang akan kurangkai dalam beberapa kalimat. Ingin rasanya menuangkan ide yang masih ada di otak ini untuk sekedar berbagi bagi yang lain (mungkin suatu saat qta bisa diskusi gitu. . .hehehe). Meskipun peluh ini masih membasahi tubuh ini. Maklum, aku baru saja balik ke kos waktu isya’ tadi dan tiba-tiba aku pengen menulis. Teringat kata-kata yang berbunyi “Mahasiswa itu harus rajin membaca, setelah itu berdiskusi dan akhirnya menuliskan apa yang dia dapatkan”. Sambil mendengarkan lagunya Judika yang berjudul “Aku yang Tersakiti” jari-jariku mulai menari dia atas keyboard. Oke.....langsung aja ya, malam ini aku pengen nulis tentang GALAU (haha. . .maaf pengen nulis tentang hal itu aja, soalnya akhir-akhir ini banyak yang lagi terkena virus ini, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya status yang terupdate di Facebook,,,, bagi yang tersinggung minta maaf yach...hehe)
            Aktivis??? Apa sich istimewanya dari seorang aktivis??? Mungkin banyak dari mahasiswa yang memandang acuh atas kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa yang senang berorganisasi ini. Hemm. . .apa enaknya sich jadi orang sibuk? Gak penting lagi... badan jadi capek, gak ada yang bayar dan bla bla berjuta alasan lain....(itu sich beberapa ungkapan yang sempat aku dengar). Namun, kuyakin tak semua mahasiswa berpikiran seperti itu, insyaAllah. Apalagi kalau aktivis itu adalah aktivis dakwah yang keberadaannya sangat ditunggu oleh umat. Dimana agama dan negara ini membutuhkan sosok-sosok yang idealis seperti para aktivis dakwah ini. Pemikiran-pemikiran yang CERDAS sangat ditunggu oleh masyarakat saat ini. Apalagi dengan keadaan akhir jaman yang begitu memprihatinkan. Justru inilah peran mahasiswa semakin dipertanyakan. Kemana sajakah mahasiswa yang merupakan agent of change itu kini berada? Apakah mereka sudah disibukkan dengan berbagai macam tugas perkuliahan, laporan praktikum dan segudang agenda yang menunggu untuk diselesaikan? Atau apakah para mahasiswa yang menjadi aktivis ini lagi galau??? Ehem....GALAU? Apa sich sebenarnya deskripsi galau itu sendiri? Penasaran kan? Baca terus yach....jangan kemana-mana.
            Akhir-akhir ini memang virus gelisah tengah melanda golongan remaja, apalagi mahasiswa. Baik galau karena tugas kuliah yang belum selesai, atau mungkin lagi tak punya uang dan yang bahkan paling ngetrend adalah GALAU karena menyangkut tentang perasaan. Perasaan ini identik dengan rasa yang berada di hati. Tapi, bagaimana kalau galau itu menyerang aktivis??? Pernahkah Anda membayangkan di saat dituntut untuk mengerjakan suatu kegiatan, tiba-tiba aktivis galau??? Hah??? Harus profesional dong, mungkin itulah salah satu jawaban yang ada. Tetapi ini berbeda. Ini menyangkut tentang hati kawan. Atau mungkin sang aktivis lagi jatuh cinta??? Apa yang mesti dia lakukan?
            Memang sulit untuk memilih ini semua. Namun, seperti jawaban Anda tadi maka hanya ada dua jawaban yaitu sang aktivis harus profesional terhadap job yang akan dia lakukan dan profesional terhadap hatinya (hehehe...intinya PROFESIONAL itu masih jadi kata kuncinya).
            Profesional terhadap hati? (emangnya bisa?). Coba tanya kembali kepada hati Anda, mungkin Anda adalah salah satu aktivis yang lagi galau ini. Sekali lagi tanyakan pada hati Anda? Jika tak mampu bicara, renungkan, apa yang menimpa saat ini. Kalau perlu definisikan galau itu. Apakah Galau itu karena Anda sedang Jatuh Cinta? Upz.....jatuh cinta? Aktivis sangat sensitif kalau disinggung masalah yang satu ini, apalagi kalau itu adalah seorang aktivis dakwah. Sebisa mungkin mereka menjaga ukhuwah yang telah terjaga selama ini, apalagi menjalin hubungan (baca: Pacaran)
 Cinta??? Apa sich? Pernah suatu ketika saya ditanya tentang   apa sich pacaran itu? Spontan aja aku langsung tertawa.
Ketika saya ditanya tentang pandangan saya tentang pacaran atau cinta, saya sempat bepikir sejenak. Karena apa? Menurut saya, saya bukanlah orang yang terlalu memikirkan tentang apa itu  pacaran. Saya sempat merasa kebingungan mendefinisikan arti pacaran atau cinta itu sendiri. Tetapi ketika dipaksa untuk memberikan pendapat saya akan mencoba untuk menjelaskannya. Ehm, sebelumnya saya minta maaf jika pendapat saya ini agak GJ(ga’ jelas maksudnya.......he he)
            Sebelum saya mendefinisikan pacaran, saya akan terlebih dahulu mencoba untuk mendefinisikan tentang cinta. Cinta? Yupz.. cinta adalah sebuah rasa yang dimiliki oleh seseorang yang mengaku bahwa dirinya manusia. Cinta hanya dapat dirasakan, bisa dirasa tapi tak dapat dilihat. Seperti kata pujangga, bahwa cinta dapat mengubah dunia menjadi surga, dapat mengubah racun menjadi madu, hitam menjadi putih, pahit menjadi manis dan hal-hal lain yang serba indah-indah( He he, itu kata pujangga lho!)
            Menurut saya sendiri, cinta itu dinamis. Cinta yang seperti apa yang dimaksud? Sebagai makhluk ciptaan Allah, kita tidak boleh mencintai sesuatupun itu melebihi cinta kita pada Allah.  Tetapi, sebagai manusia yang diberi nafsu, kita pasti pernah merasakan apa itu cinta. Setiap manusia berbeda-beda dalam mendefinisikan cinta. Ada yang mendefinisikan bahwa cinta itu timbul dari mata turun ke hati. Kalau cinta yang dimaksud adalah cinta terhadap sesama manusia ( terhadap lawan jenis), menurut saya itu adalah sah-sah saja dan itu adalah sebuah anugerah yang terindah. Karena di dalam Al Quran, Allah telah menerangkan bahwa kita manusia diciptakan berpasang-pasangan, dan kita diperintahkan untuk saling mengenal satu sama lain. Jadi, menurut saya, setiap orang pasti pernah merasakan cinta.
            Sedangkan pacaran, menurut saya adalah adanya hubungan yang special antara seorang cowok dengan seorang cewek tanpa ada status ikatan resmi(pernikahan). Dari pengamatan yang saya lakukan di lapangan ( ehm, bahasanya sok ilmiah,,nie), saya melihat bahwa seseorang yang tidak mempunyai pacar dikatakan tidak laku( he he emangnya barang apa?). Ada pula yang mengatakan bahwa pacaran adalah proses penjajakan atau proses pengenalan. Menurut  saya, pacaran bukanlah sesuatu yang diharuskan. Bukannya menolak dengan pacaran, tetapi di dalam agama saya yaitu Islam, bahwa pacaran dalam Islam itu tidak ada. Lalu bagaimana dengan mereka yang mengatakan bahwa pacaran adalah proses penjajakan atau proses pengenalan sebelum ke jenjang pernikahan? Sebelum menjawab ini, alangkah lebih baiknya jika kita melihat fakta-fakta yang ada saat ini. Dimana banyak remaja yang menjadikan pacaran sebagai mainan. Tidak jarang pula, banyak dari mereka yang putus terlebih dahulu sebelum ke tahap pernikahan dan mencari pacar lagi. Jadi dengan ini dapat disimpulkan bahwa pacaran bukanlah merupakan proses yang tepat. Dalam agama Islam sendiri ada sebuah tahap pengenalan sebelum ke tahap pernikahan, yaitu ta’aruf. Melalui proses ini seseorang dapat mengenal calon suami/istrinya lebih jauh. Dalam proses ini ditentukan batas waktunya. Yaitu ketika seseorang diberikan pilihan untuk meneruskan hubungan atau tidak. Jika iya maka dilanjutkan ke jenjang pernikahan dan jika tidak maka tidak diteruskan. Serta berakhir dengan jalan baik-baik. Jadi dapat disimpulkan, bahwa saya lebih memilih untuk melakukan ta’aruf daripada pacaran. Karena saya yakin bahwa sesuatu itu indah pada waktunya. So, apakah ketika aktivis ini lagi Galau, ingatlah bahwa GALAU itu menyenangkan because GALAU is God Always Listening And Understanding. Oke ^_^

#SYUKRON

galeri oppa lee min ho''

Asmara aktivis rohis' ukhti berbicara

Asmara Aktivis Rohis 


Anak Rohis juga manusia. Punya hati, punya rasa. Juga, tentu punya rasa suka dan bisa jatuh cinta. Huhuy! Justru kalo anak rohis nggak pernah bisa merasa jatuh cinta adalah kagak normal, atau jangan-jangan bukan makhluk hidup. Wacks! Ya iyalah, kalo masih merasa manusia sih ya pasti punya rasa cinta. Hewan aja punya kok. Selama masih hidup. Tapi tentu manusia punya aturan dalam mengekspresikan cintanya. Ada syariat yang harus ditaati. Kalo hewan nggak ada syariat yang harus mereka taati. Bener lho.
Kalo manusia sih untuk mencintai manusia lainnya harus jelas aturan mainnya. Kalo hewan? Nggak ada. Emang pernah dengar ada kambing jantan yang tertarik dengan kambing betina terus mereka mengikatnya dengan khitbah untuk seterusnya menikah dan diramein dengan pesta ngundang tamu dan diiringi hiburan nasyid? Hihihi.. film kartun kaleee!
Bro en Sis, karena aktivis Rohis (kerohanian Islam) juga punya rasa suka dan rasa cinta, pasti mereka pernah dong ngalamin yang namanya DDA alias debar-debar asmara. Meskipun dalam mengekspresikannya agak sedikit beda ama remaja umumnya. Kalo remaja umumnya langsung kenalan, terus janjian dan jadian deh dalam ikatan bernama pacaran. Kalo anak Rohis? Kalo untuk pacaran secara terang-terangan kayaknya jarang ada. Mungkin mereka malu. Tapi kalo yang dikamuflase dengan istilah “pacaran islami” kayaknya banyak deh. Ini juga sering dianggap sebagai pembenaran atas aktivitas yang dilakoninya. Halah!
Ngaji doyan, pacaran kuat
Nah lho, nggak salah nih ngasih subjudul? Hehehe… kamu jangan protes dulu dong. Banyak juga lho yang ngaji tapi pacarannya minta ampun kuatnya. Ini khusus berlaku buat yang ngajinya cuma ikut-ikutan or emang nggak paham. Termasuk yang ngerasa udah tahu tentang hukum Islam, tapi nggak sampe paham dan cuma teori doang, sementara praktiknya nol gede. So, cuma modal semangat aja, tanpa pengen paham lebih dalam. Kadang, ada juga lho yang emang nafsunya lebih gede ketimbang nalarnya. Maaf ye bagi yang kesinggung. Itu tandanya dirimu masih manusia. Ya iyalah, kalo monyet sih dihina ama dipuji tetep diem aja kagak ngarti, boro-boro tersinggung. Jadi, kalo masih tersinggung berbahagialah karena kamu masih manusia. Pletak!
Oya, gaya pacaran aktivis Rohis agak lain. Awalnya sih ukhuwah, tapi kebablasan jadi demenen. Mulanya cuma bergaul sesama pengurus pengajian, lama-lama muncul benih-benih cinta. Bersemi dalam dada dan melahirkan kerinduan. Huhuy! Ati-ati, bisa gaswat!
Sobat muda muslim, jangan heran or jangan kaget, sebab siapa pun orangnya, termasuk anak ngaji, bisa tumbuh dalam dirinya rasa cinta, rasa sayang, juga pengen memiliki begitu ngelihat lawan jenisnya. Ser-seran aja dalam dada kalo kebetulan bertemu di masjid or di perpustakaan. Bergetaran dalam jiwa (apalagi kalo ditambah naik bajaj, dijamin vibrasinya lebih kuat tuh! Halah!). Pokoknya, seperti ada yang bergejolak dalam hati. Tapi sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata (cieee…). Pokoknya, bikin jantung berdetak dua kali lebih kenceng deh. But, itu wajar kok. Namanya juga manusia. Suer.
Malah boleh jadi, kalo iman kamu nggak kuat-kuat amat, bisa-bisa kecemplung melakoni aktivitas pacaran layaknya mereka yang masih awam dengan ajaran Islam. Maklumlah sobat, kalo nafsu udah jadi jenderal, akal sehat jadi keroconya. Celaka dua belas euy!
Saat cinta mulai bersemi
Cinta itu ibarat jelangkung. Datang nggak dijemput, pulang pun nggak dianter. Suka tiba-tiba aja datangnya. Udah gitu, nggak mengenal status lagi. Mau doi pelajar, guru, tokoh masyarakat, anak ngaji, ulama, dan bahkan kepala negara. Cinta bakalan tumbuh di dada mereka. Kamu masih inget kali ye kasusnya Bill Clinton dan Monica Lewynski? Hmm.. itu perselingkuhan yang mengguncang Gedung Putih beberapa tahun lalu. Geger seisi dunia. Awalnya, jelas rasa cinta. Meski akhirnya disalip oleh hawa nafsu.
Hati-hati lho, anak ngaji juga bisa tergoda saat cinta mulai bersemi. Ehm..ehm.. (ditambah pura-pura batuk nih) kamu jadi sering tampil klimis kalo pergi ke sekolah or kampus. Dandanan jadi rapi jali. Pendek kata, pengen tampil beda dan sempurna di hadapan sang pujaan hati. Sering terjadi lho. Cinta lokasi sesama aktivis pengajian. Wajar euy, sebab cinta itu naluriah. Udah built-in saat manusia diciptakan oleh Allah Swt. Dalam salah satu firmanNya disebutkan:“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,” (QS Ali Imraan [3]:14)
Cuma masalahnya, saat cinta mulai bersemi, jarang ada yang bisa bertahan dari godaannya yang kadang menggelapkan mata dan hati seseorang. Jangan heran dong kalo sampe ada yang nekat pacaran. Wah, aktivis pengajian kok pacaran? Malu atuh!
Kalo udah gitu, bisa ngerusak predikat tuh. Bener. Sebab, serangan kepada orang yang dianggap tahu dan paham agama lebih kenceng. Jadi kalo ada aktivis pengajian (anak Rohis) yang pacaran, orang di sekililing mereka dengan sengit mengolok-olok, mencemooh, bahkan mencibir sinis. Kejam juga ya? Bandingkan dengan orang yang belum paham agama, atau nggak aktif di organisasi kerohanian Islam, biasa-biasa aja tuh. Sobat, inilah semacam ?hukuman sosial’ yang kudu ditanggung seseorang yang udah dipandang ngerti. Padahal, sama aja dosanya. Tapi, seolah lebih besar kalo itu dilakukan oleh aktivis pengajian. Gawat!
Jadi hati-hati deh, jangan sampe kamu kebablasan jadi demenan, padahal kamu niat awalnya mau menjalin ukhuwah sesama aktivis Rohis. Jadi, jelas emang kudu ada aturan mainnya. Nggak sembarangan bergaul, lho.
Jangan main api dong!
Iya, bara bisa jadi api yang berkekuatan besar dalam membakar apa saja yang ada di hadapannya, manakala kita rajin ngipasin. Makanya, jangan main bara api nafsu, bisa berabe dan bikin banyak dosa. Kejahatan terjadi bukan karena niat pelakunya saja, tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah! (hei! kok kayak Bang Napi sih? Hihihi…). Gaul bebas bisa bablas euy!
Oke deh, supaya gaul kamu sesama aktivis pengajian selamat di dunia dan di akhirat, ada beberapa poin yang kudu diperhatikan. Jangan sampe ukhuwah malah berubah jadi pacaran.
Pertama, kurangi frekuensi pertemuan yang nggak perlu. Memang, kalau sudah cinta, berpisah sejam serasa 60 menit, eh maksudnya sewindu (lama amat! Hiperbolis nih!). Bawaannya pengen ketemu melulu. Ini nggak sehat, Bro. Perbuatan seperti itu bukannya meredam gejolak, tapi akan memperparah suasana hati kita. Pikiran dan konsentrasi kita malah makin nggak karuan. Selain itu bukan mustahil kalo kebaikan yang kita kerjakan jadi tidak ikhlas karena Allah. Misal, karena si doi jadi moderator di acara pengajian, eh kita bela-belain datang karena pengen ngeliat si doi, bukan untuk nyimak pengajiannya itu sendiri.
Yup, kurangi frekuensi pertemuan, apalagi kalau memang tidak perlu. Kalo sekadar untuk minjem buku catatan, ngapain minjem pada si doi, cari aja teman lain yang bisa kita pinjam bukunya. Lagipula, kalo kamu nggak sabaran, khawatir ada pandangan negatif dari si doi. Bisa-bisa kamu dicap sebagai ikhwan agresif atau akhwat yang genit. Zwing…zwing.. gubrak!
Kedua, jangan ?menggoda’ dengan gaya bicara dan penampilan yang gimanaa.. gitu. Jadi jangan saling memberi perhatian. Bisa-bisa diterjemahkan lain lho. Ati-ati deh. Firman Allah Swt. (yang artinya):“Jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu terlalu lemah lembut (mengucapkan perkataan), nanti orang-orang yang dalam hatinya ragu ingin kepadamu. Dan berkatalah dengan perkataan yang baik. (QS. al-Ahzab [33]: 32)
Ketiga, menutup aurat. Nggak salah neh? Kalo aktivis kan udah ngeh soal itu Bang? Bener. Harusnya memang begitu. Tapi, banyak juga yang belum tahu bagaimana cara mengenakan busana sesuai syariat. Akhwatnya masih pake kerudung gaul yang ?cepak’ abis! (kalo yang bener kan ?gondrong’. Maksudnya lebar gitu lho.). Iya, kerudungnya aja modis banget. Pake gaya dililit ke belakang, dan untung aja nggak ditarik lagi ke atas (gantung diri kalee..). Terus, bibirnya dipoles lipstik tebel-tebel. Bedakannya menor pula. Minyak wanginya? Bikin ikan sekolam teler! (apa hubungannya?)
So, buat para akhwat, jangan tabarujj deh. Duh, kebayang banget lucunya kalo aktivis pengajian tabarujj alias tampil pol-polan dengan memamerkan kecantikannya. Allah Swt. berfirman: “…dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS al-Ahzab [33]: 33)
Keempat, kurangi berhubungan. Mungkin ketemu langsung sih nggak, tapi komunikasi jalan terus tuh. Mulai dari sarana ?tradisional’ macam surat via pos, sampe yang udah canggih macam via telepon, HP, dan juga internet. Wuih, ketemu langsung emang jarang, tapi kirim SMS dan nelponnya kuat. Apalagi kalo urusan chatting, pake ada jadwalnya segala. Udah gitu, kirim-kirim e-mail pula. Hmm… jadi tetep berhubungan kan? Emang sih bukan masuk kategori khalwat. Tapi itu bikin suasana hati makin nggak kondusif karena mikirin si dia aja. Nggak percaya? Don’t be tried! Jangan dicoba!
Kelima, jaga hati. Ya, meski sesama aktivis Rohis, bisikan setan tetap berlaku. Bahkan sangat boleh jadi makin kuat komporannya. Itu sebabnya, kalo hatimu panas terus karena panah asmara itu, dinginkan hati dengan banyak mengingat Allah. Mengingat dosa-dosa yang udah kita lakukan ketika sholat dan membaca al-Quran. Firman Allah Swt.: “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang.” (QS ar-Ra’du [13]: 28)
Oke deh, kamu udah punya modal sekarang. Hati-hatilah dalam bergaul dengan teman satu pengajian. Jaga diri, kesucian, dan kehormatan kamu dan temanmu. Jangan nekat berbuat maksiat. Kalo udah kebelet, (emangnya buang hajat?) segera menikah saja kalo emang udah mampu. Kalo belum mampu karena masih sekolah? Banyakin aktivitas bermanfaat dan seringlah berpuasa.
Emang sih kalo pengen lebih mantap solusinya, kudu ada kerjasama semua pihak; individu, masyarakat dan juga negara. Hmm.. soal cinta juga urusan negara ya? Yup, negara wajib meredam dan memberantas faktor-faktor yang selalu ngomporin masyarakat untuk berbuat yang negatif. Jadi, jangan sampe ukhuwah kita berubah jadi demenan! Pokoknya, malu atuh kalo ngajinya getol, tapi pacaran juga puool.

galeri kim hyun joong dan jung so min '