Ketika Aktivis lagi GALAU...(What’s???)
Malam ini aku ingin menuliskan beberapa lembar kata yang
akan kurangkai dalam beberapa kalimat. Ingin rasanya menuangkan ide yang masih
ada di otak ini untuk sekedar berbagi bagi yang lain (mungkin suatu saat qta bisa diskusi gitu. . .hehehe). Meskipun
peluh ini masih membasahi tubuh ini. Maklum, aku baru saja balik ke kos waktu
isya’ tadi dan tiba-tiba aku pengen menulis. Teringat kata-kata yang berbunyi
“Mahasiswa itu harus rajin membaca, setelah itu berdiskusi dan akhirnya
menuliskan apa yang dia dapatkan”. Sambil mendengarkan lagunya Judika yang
berjudul “Aku yang Tersakiti” jari-jariku mulai menari dia atas keyboard.
Oke.....langsung aja ya, malam ini aku pengen nulis tentang GALAU (haha. .
.maaf pengen nulis tentang hal itu aja, soalnya akhir-akhir ini banyak yang
lagi terkena virus ini, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya status yang
terupdate di Facebook,,,, bagi yang tersinggung minta maaf yach...hehe)
Aktivis??? Apa sich istimewanya dari seorang aktivis???
Mungkin banyak dari mahasiswa yang memandang acuh atas kegiatan yang dilakukan
oleh mahasiswa yang senang berorganisasi ini. Hemm. . .apa enaknya sich jadi
orang sibuk? Gak penting lagi... badan jadi capek, gak ada yang bayar dan bla
bla berjuta alasan lain....(itu sich beberapa ungkapan yang sempat aku dengar).
Namun, kuyakin tak semua mahasiswa berpikiran seperti itu, insyaAllah. Apalagi
kalau aktivis itu adalah aktivis dakwah yang keberadaannya sangat ditunggu oleh
umat. Dimana agama dan negara ini membutuhkan sosok-sosok yang idealis seperti
para aktivis dakwah ini. Pemikiran-pemikiran yang CERDAS sangat ditunggu oleh
masyarakat saat ini. Apalagi dengan keadaan akhir jaman yang begitu
memprihatinkan. Justru inilah peran mahasiswa semakin dipertanyakan. Kemana
sajakah mahasiswa yang merupakan agent of
change itu kini berada? Apakah mereka sudah disibukkan dengan berbagai
macam tugas perkuliahan, laporan praktikum dan segudang agenda yang menunggu
untuk diselesaikan? Atau apakah para mahasiswa yang menjadi aktivis ini lagi
galau??? Ehem....GALAU? Apa sich sebenarnya deskripsi galau itu sendiri? Penasaran
kan? Baca terus yach....jangan kemana-mana.
Akhir-akhir ini memang virus gelisah tengah melanda
golongan remaja, apalagi mahasiswa. Baik galau karena tugas kuliah yang belum
selesai, atau mungkin lagi tak punya uang dan yang bahkan paling ngetrend adalah GALAU karena menyangkut
tentang perasaan. Perasaan ini identik dengan rasa yang berada di hati. Tapi,
bagaimana kalau galau itu menyerang aktivis??? Pernahkah Anda membayangkan di
saat dituntut untuk mengerjakan suatu kegiatan, tiba-tiba aktivis galau???
Hah??? Harus profesional dong, mungkin itulah salah satu jawaban yang ada.
Tetapi ini berbeda. Ini menyangkut tentang hati kawan. Atau mungkin sang
aktivis lagi jatuh cinta??? Apa yang mesti dia lakukan?
Memang sulit untuk memilih ini semua. Namun, seperti
jawaban Anda tadi maka hanya ada dua jawaban yaitu sang aktivis harus
profesional terhadap job yang akan dia lakukan dan profesional terhadap hatinya
(hehehe...intinya PROFESIONAL itu masih jadi kata kuncinya).
Profesional terhadap hati? (emangnya bisa?). Coba tanya
kembali kepada hati Anda, mungkin Anda adalah salah satu aktivis yang lagi
galau ini. Sekali lagi tanyakan pada hati Anda? Jika tak mampu bicara,
renungkan, apa yang menimpa saat ini. Kalau perlu definisikan galau itu. Apakah
Galau itu karena Anda sedang Jatuh Cinta? Upz.....jatuh cinta? Aktivis sangat
sensitif kalau disinggung masalah yang satu ini, apalagi kalau itu adalah
seorang aktivis dakwah. Sebisa mungkin mereka menjaga ukhuwah yang telah terjaga
selama ini, apalagi menjalin hubungan (baca: Pacaran)
Cinta??? Apa sich? Pernah suatu ketika saya
ditanya tentang apa sich pacaran itu?
Spontan aja aku langsung tertawa.
Ketika
saya ditanya tentang pandangan saya tentang pacaran atau cinta, saya sempat
bepikir sejenak. Karena apa? Menurut saya, saya bukanlah orang yang terlalu
memikirkan tentang apa itu pacaran. Saya
sempat merasa kebingungan mendefinisikan arti pacaran atau cinta itu sendiri.
Tetapi ketika dipaksa untuk memberikan pendapat saya akan mencoba untuk
menjelaskannya. Ehm, sebelumnya saya minta maaf jika pendapat saya ini agak GJ(ga’ jelas maksudnya.......he he)
Sebelum saya mendefinisikan pacaran, saya akan terlebih
dahulu mencoba untuk mendefinisikan tentang cinta. Cinta? Yupz.. cinta adalah
sebuah rasa yang dimiliki oleh seseorang yang mengaku bahwa dirinya manusia.
Cinta hanya dapat dirasakan, bisa dirasa tapi tak dapat dilihat. Seperti kata
pujangga, bahwa cinta dapat mengubah dunia menjadi surga, dapat mengubah racun
menjadi madu, hitam menjadi putih, pahit menjadi manis dan hal-hal lain yang
serba indah-indah( He he, itu kata pujangga lho!)
Menurut saya sendiri, cinta itu dinamis. Cinta yang
seperti apa yang dimaksud? Sebagai makhluk ciptaan Allah, kita tidak boleh
mencintai sesuatupun itu melebihi cinta kita pada Allah. Tetapi, sebagai manusia yang diberi nafsu,
kita pasti pernah merasakan apa itu cinta. Setiap manusia berbeda-beda dalam
mendefinisikan cinta. Ada yang mendefinisikan bahwa cinta itu timbul dari mata
turun ke hati. Kalau cinta yang dimaksud adalah cinta terhadap sesama manusia (
terhadap lawan jenis), menurut saya itu adalah sah-sah saja dan itu adalah
sebuah anugerah yang terindah. Karena di dalam Al Quran, Allah telah
menerangkan bahwa kita manusia diciptakan berpasang-pasangan, dan kita
diperintahkan untuk saling mengenal satu sama lain. Jadi, menurut saya, setiap
orang pasti pernah merasakan cinta.
Sedangkan pacaran, menurut saya adalah adanya hubungan
yang special antara seorang cowok
dengan seorang cewek tanpa ada status ikatan resmi(pernikahan). Dari pengamatan
yang saya lakukan di lapangan ( ehm, bahasanya sok ilmiah,,nie), saya melihat
bahwa seseorang yang tidak mempunyai pacar dikatakan tidak laku( he he emangnya
barang apa?). Ada pula yang mengatakan bahwa pacaran adalah proses penjajakan
atau proses pengenalan. Menurut saya,
pacaran bukanlah sesuatu yang diharuskan. Bukannya menolak dengan pacaran,
tetapi di dalam agama saya yaitu Islam, bahwa pacaran dalam Islam itu tidak
ada. Lalu bagaimana dengan mereka yang mengatakan bahwa pacaran adalah proses
penjajakan atau proses pengenalan sebelum ke jenjang pernikahan? Sebelum
menjawab ini, alangkah lebih baiknya jika kita melihat fakta-fakta yang ada
saat ini. Dimana banyak remaja yang menjadikan pacaran sebagai mainan. Tidak
jarang pula, banyak dari mereka yang putus terlebih dahulu sebelum ke tahap
pernikahan dan mencari pacar lagi. Jadi dengan ini dapat disimpulkan bahwa
pacaran bukanlah merupakan proses yang tepat. Dalam agama Islam sendiri ada
sebuah tahap pengenalan sebelum ke tahap pernikahan, yaitu ta’aruf. Melalui proses ini seseorang dapat mengenal calon
suami/istrinya lebih jauh. Dalam proses ini ditentukan batas waktunya. Yaitu
ketika seseorang diberikan pilihan untuk meneruskan hubungan atau tidak. Jika
iya maka dilanjutkan ke jenjang pernikahan dan jika tidak maka tidak
diteruskan. Serta berakhir dengan jalan baik-baik. Jadi dapat disimpulkan,
bahwa saya lebih memilih untuk melakukan ta’aruf
daripada pacaran. Karena saya yakin bahwa sesuatu itu indah pada waktunya. So,
apakah ketika aktivis ini lagi Galau, ingatlah bahwa GALAU itu menyenangkan
because GALAU is God Always Listening And Understanding. Oke ^_^#SYUKRON
Tidak ada komentar:
Posting Komentar